Opini Keresahan Tentang Orang Yang Merokok Sembarangan
- Kategori : Mahasiswa
- Dibaca : 17 Kali
Keresahan Tentang Orang yang Merokok Sembarangan di Tempat Umum
Kalau dipikir-pikir, hidup di tempat umum itu kan seharusnya nyaman buat semua orang. Kita datang ke taman, halte, atau kampus ya pengen santai, bukan malah hirup asap rokok orang lain. Idealnya, setiap orang tahu batasnya — kalau mau merokok ya di tempat khusus aja, jangan di ruang publik yang banyak orang. Soalnya udara bersih itu hak bersama, bukan Cuma milik perokok. Dalam teori etika sosial, setiap tindakan kita di ruang publik itu harus mikirin orang lain juga. Jadi kalau ada yang ngerokok sembarangan, sebenarnya dia udah melanggar etika sosial dan bikin orang di sekitarnya nggak nyaman.
Kalau lihat dari sisi teori perilaku, ada namanya Health Belief Model. Teori ini bilang kalau orang bakal berubah perilakunya kalau dia sadar risikonya besar dan tahu manfaat dari perubahan itu. Tapi kenyataannya, banyak perokok di Indonesia yang ngerasa “ah Cuma asap dikit” padahal efeknya gede banget. WHO aja bilang ribuan orang tiap tahun meninggal gara-gara jadi perokok pasif. Artinya, merokok sembarangan itu bukan Cuma masalah pribadi, tapi udah jadi masalah sosial dan kesehatan. Cuma sayangnya, di sini masih banyak yang nganggep rokok itu hal biasa, bahkan kadang dianggap keren.
Saya sangat sering melihat orang ngerokok di tempat umum. Misalnya di halte, di terminal, atau di pinggir jalan pas lagi rame orang. Udah ada tanda “Dilarang Merokok”, tapi tetap aja rokoknya menyala. Pernah juga ada ibu-ibu hamil dan anak kecil duduk di sebelah, tapi si bapak ini tetap aja ngerokok kayak nggak ada rasa bersalah. Parahnya lagi, kalau ada yang negur, malah dibalas dengan tatapan sinis atau marah. Seolah-olah yang salah itu yang negur. Hal kayak gini nunjukin kalau banyak orang belum punya kesadaran sosial yang tinggi. Udah tahu salah, tapi cuek aja.
Yang bikin miris, di lingkungan pendidikan pun kadang masih sama aja. Di beberapa kampus, masih banyak mahasiswa, bahkan dosen, yang ngerokok di area kampus yang jelas-jelas ditulis “Kawasan Tanpa Rokok”. Padahal kampus seharusnya jadi tempat belajar tentang tanggung jawab sosial. Tapi kenyataannya, perilaku kayak gini malah ditiru sama mahasiswa lain. Kalau lihat pegawai kantor atau guru ngerokok di area kerja, ya wajar aja kalau anak muda mikir, “Ah, mereka aja ngerokok, kenapa gue enggak?” Ini jadi contoh buruk. Jadi bukan Cuma soal kesehatan, tapi juga soal teladan dan budaya yang salah kaprah.
Belum lagi soal sampah rokok. Coba deh jalan di trotoar, di taman, atau di sekitar kampus, pasti ada aja puntung rokok yang berserakan. Menurut data, setiap tahun miliaran puntung rokok dibuang sembarangan di Indonesia. Itu belum termasuk asapnya yang bikin udara makin kotor. Banyak juga video di TikTok atau Instagram yang viral tentang orang ngerokok di tempat umum — misalnya di restoran yang ada bayi atau di dalam bus. Komentar netizen pasti rame banget, banyak yang kesal karena perilaku kayak gitu dianggap nggak sopan dan egois. Jadi keresahan masyarakat itu nyata banget, bukan lebay. Orang tuh Cuma pengen bisa bernafas tanpa gangguan asap rokok di tempat umum.
Sekarang ngomongin solusi. Pertama, pemerintah punya tanggung jawab besar soal ini. Sebenernya udah ada aturan tentang kawasan tanpa rokok, tapi jujur aja penegakannya masih lemah banget. Banyak daerah yang Cuma punya aturan di atas kertas, tapi nggak ada pengawasan. Harusnya ada tindakan nyata kayak patroli, denda langsung buat yang ngerokok sembarangan, dan ruang khusus merokok yang jelas. Terus, kampanye anti-rokok juga jangan Cuma lewat gambar seram di bungkus rokok, karena orang malah udah kebal sama itu. Coba bikin kampanye yang lebih kreatif dan relatable ke anak muda, misalnya lewat influencer, konten TikTok, atau acara kampus. Pemerintah juga perlu tegas sama iklan rokok yang masih numpang di acara olahraga atau konser. Jangan setengah-setengah.
Perusahaan juga nggak bisa lepas tangan. Banyak tempat umum yang dikelola swasta — kayak mal, restoran, kafe, atau tempat wisata — tapi belum semua punya aturan jelas soal merokok. Harusnya mereka bisa pasang tanda larangan yang jelas, nyiapin ruang khusus merokok yang tertutup, dan kasih sanksi kalau ada yang bandel. Terus, perusahaan rokok juga harusnya ikut tanggung jawab lewat program CSR (Corporate Social Responsibility). Misalnya bikin kampanye soal etika merokok, bantu program kesehatan masyarakat, atau dukung kegiatan udara bersih. Tapi sayangnya, yang sering kita lihat malah iklan rokok dengan slogan keren kayak “Laki sejati berani merokok”, yang justru bikin anak muda ngerasa rokok itu gaya hidup keren. Nah, mindset kayak gini yang harus dilawan.
Terakhir, yang paling penting itu kesadaran dari masyarakat sendiri. Mau aturan sebagus apa pun, kalau orangnya nggak sadar, ya percuma. Kita semua punya peran buat ngingetin orang lain — tentu dengan cara sopan. Misalnya, kalau lihat orang ngerokok di tempat umum, bisa diingatkan baik-baik atau dilaporin ke petugas. Kita juga bisa bantu lewat media sosial, bukan Cuma buat nyinyir, tapi buat edukasi. Misalnya, bikin konten ringan tentang pentingnya udara bersih atau bahaya rokok pasif. Bagi perokok, juga penting banget buat mikir lebih luas. Rokok memang hak pribadi, tapi orang lain juga punya hak buat hidup sehat. Kalau pengen ngerokok, silakan, tapi jangan sampai merugikan orang lain.
Menurut saya, keresahan masyarakat soal rokok sembarangan ini tanda kalau kesadaran sosial kita mulai meningkat. Orang udah makin peka sama kesehatan dan kenyamanan publik. Tapi sayangnya, masih banyak yang belum sadar diri. Harusnya, antara pemerintah, perusahaan, dan masyarakat bisa kerja bareng buat menciptakan ruang publik yang lebih sehat dan sopan. Udara bersih itu hak semua orang — bukan kemewahan. Dan kalau kita masih cuek, ya jangan heran kalau nanti makin banyak orang yang kehilangan rasa peduli sama sesama Cuma gara-gara sebatang rokok.