Thumb
  • Telepon: 0852-6220-9285
  • Email: [email protected]
  • Cari
Logo
  • Home
  • Tentang Kami
    • Visi, Misi, dan Tujuan
    • Pimpinan Program Studi
    • Struktur Organisasi
    • Tracer Study Alumni
  • Gallery
    • Gallery Foto
    • Gallery Video
  • Akademik
    • Kurikulum
    • Rencana Pembelajaran Semester (RPS)
    • Program Learning Outcome
    • Jadwal Kuliah
    • Jadwal Ujian
    • Kalender Akademik
    • Pedoman Akademik
  • Informasi
    • Berita
    • Agenda
    • Pengumuman
    • Download
  • Dosen & Staff
  • Publikasi

Keresahan Masyarakat Karena Kelangkaan Pertalite

  • Home
  • Informasi
  • Berita
  • Detail
Thumb
  • 11 November 2025
  • Mahasiswa

Keresahan Masyarakat Karena Kelangkaan Pertalite

Keresahan Masyarakat karena Kelangkaan Pertalite

 

Akhir-akhir ini, kelangkaan Pertalite jadi topik yang ramai dibicarakan oleh masyarakat. Di media sosial banyak orang mengunggah foto antrean panjang di SPBU, bahkan ada yang rela menunggu berjam-jam hanya untuk mendapatkan beberapa liter bensin. Situasi ini menunjukkan betapa pentingnya peran Pertalite dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai bahan bakar yang paling banyak dipakai oleh masyarakat menengah ke bawah, kelangkaan ini tentu menimbulkan keresahan dan memengaruhi banyak aktivitas ekonomi rakyat.

Pertalite sekarang sudah jadi kebutuhan penting buat banyak orang di Indonesia. Hampir semua orang pakai motor atau mobil buat kerja, ngantar anak, atau sekadar pergi ke pasar. Idealnya, bahan bakar seperti Pertalite harus selalu tersedia dan harganya terjangkau. Pemerintah punya tanggung jawab besar untuk memastikan hal itu, karena energi termasuk kebutuhan pokok rakyat. Kalau BBM susah didapat, otomatis aktivitas masyarakat juga ikut terganggu.

Dalam pandangan ekonomi, subsidi BBM seperti Pertalite itu sebenarnya bentuk bantuan pemerintah supaya masyarakat kecil tetap bisa hidup layak. Jadi kalau Pertalite langka, efeknya bukan Cuma ke bahan bakar, tapi bisa ngaruh ke harga barang, transportasi, dan kehidupan sehari-hari. Negara seharusnya hadir buat menjaga keseimbangan ini.

Belakangan ini, banyak orang ngeluh karena susah banget cari Pertalite. Di beberapa SPBU, antrean kendaraan sampai mengular panjang. Ada juga yang akhirnya beli di pinggir jalan dengan harga lebih mahal. Kondisi kayak gini jelas bikin masyarakat resah, apalagi bagi mereka yang penghasilannya pas-pasan dan tiap hari butuh bensin buat kerja.

Bayangin aja, tukang ojek online, pedagang keliling, dan petani yang pakai motor harus keluar biaya lebih banyak karena Pertalite susah didapat. Waktu mereka juga banyak kebuang Cuma buat antre. Pendapatan menurun, tapi pengeluaran malah nambah. Kalau udah begini, harga-harga barang di pasar bisa ikut naik karena ongkos kirim makin mahal. Masyarakat kecil yang paling kena dampaknya.

Masalahnya, masyarakat juga bingung karena gak ada penjelasan yang jelas dari pemerintah. Banyak yang bilang mungkin karena kuota BBM dikurangin, ada yang bilang karena mau diganti jenis baru, atau karena pengiriman dari Pertamina terlambat. Tapi tanpa informasi yang pasti, masyarakat jadi makin khawatir dan gak percaya lagi sama kebijakan pemerintah. Rasa cemas dan curiga pun makin besar.

Menurut saya, hal pertama yang perlu dilakukan pemerintah adalah terbuka ke masyarakat. Jelaskan secara jujur kenapa Pertalite bisa langka. Jangan sampai rakyat dibiarkan menebak-nebak. Kalau memang ada masalah kuota atau distribusi, sampaikan secara jelas dan sediakan langkah sementara biar masyarakat gak terlalu susah. Selain itu, pengawasan di SPBU harus diperketat. Kadang ada oknum yang nyalahgunain BBM subsidi buat dijual lagi. Kalau ini gak ditindak, yang rugi ya rakyat biasa. Pemerintah juga bisa manfaatin teknologi, kayak aplikasi MyPertamina, tapi pastikan sistemnya gak ribet dan bisa dipakai semua kalangan — terutama orang di daerah yang sinyalnya susah atau belum terbiasa pakai aplikasi.

Untuk jangka panjang, pemerintah memang perlu mikirin energi alternatif yang lebih ramah lingkungan. Tapi jangan langsung disuruh beralih kalau kondisi masyarakat belum siap. Transisi energi harus pelan-pelan dan tetap mikirin rakyat kecil yang masih tergantung sama BBM bersubsidi. Kalau pemerintah ingin mengajak masyarakat beralih ke energi baru, maka perlu ada edukasi dan fasilitas pendukung yang memadai. Jangan sampai masyarakat kecil jadi korban dari kebijakan yang belum matang.

Sebagai masyarakat, saya pribadi merasa kecewa dengan situasi ini. Seharusnya negara hadir buat menenangkan, bukan malah bikin rakyat bingung. Kelangkaan Pertalite ini bukan Cuma soal bensin, tapi soal kepercayaan. Kalau pemerintah bisa cepat tanggap dan terbuka, masyarakat pasti juga bisa lebih tenang dan ikut kerja sama menjaga agar bahan bakar tetap digunakan dengan bijak.

Pada akhirnya, kelangkaan Pertalite bukan hanya persoalan teknis, tapi juga cermin dari bagaimana negara mengelola kebutuhan dasar rakyatnya. Pemerintah perlu membangun sistem energi yang adil dan berkelanjutan agar masyarakat tidak lagi was-was setiap kali isu BBM muncul. Saya berharap ke depan, kita semua bisa belajar dari masalah ini dan menjadi masyarakat yang lebih sadar akan pentingnya penggunaan energi secara bijak. Karena pada dasarnya, rakyat hanya ingin hidup tenang tanpa harus cemas setiap kali ingin mengisi bahan bakar untuk menjalani aktivitas sehari-hari.

 

Share To :

Sistem Informasi

Berita Terbaru

  • Thumb
    Keresahan Masyarakat Karena Kelangkaan Pertalite
    11 November 2025
  • Thumb
    Keresahan Atas Kemacetan di Pasar Baru dan Harapan Penataannya
    11 November 2025
  • Thumb
    Kepemimpinan Yang Egois Dalam Organisasi
    11 November 2025
  • Thumb
    Opini Keresahan Tentang Orang Yang Merokok Sembarangan
    11 November 2025
  • Thumb
    2025 Udah Nggak Zaman Body Shaming
    11 November 2025

Agenda Terbaru

Kategori Berita

  • Kampus
  • Dikti
  • Jurnal
  • Kegiatan Prodi KPI
  • Askopis
  • Mahasiswa
  • Home
  • Informasi
  • Berita

Keresahan Masyarakat Karena Kelangkaan Pertalite

Kategori : Mahasiswa
Tanggal : 11 November 2025
Dibaca : 8 Kali

Keresahan Masyarakat karena Kelangkaan Pertalite

 

Akhir-akhir ini, kelangkaan Pertalite jadi topik yang ramai dibicarakan oleh masyarakat. Di media sosial banyak orang mengunggah foto antrean panjang di SPBU, bahkan ada yang rela menunggu berjam-jam hanya untuk mendapatkan beberapa liter bensin. Situasi ini menunjukkan betapa pentingnya peran Pertalite dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai bahan bakar yang paling banyak dipakai oleh masyarakat menengah ke bawah, kelangkaan ini tentu menimbulkan keresahan dan memengaruhi banyak aktivitas ekonomi rakyat.

Pertalite sekarang sudah jadi kebutuhan penting buat banyak orang di Indonesia. Hampir semua orang pakai motor atau mobil buat kerja, ngantar anak, atau sekadar pergi ke pasar. Idealnya, bahan bakar seperti Pertalite harus selalu tersedia dan harganya terjangkau. Pemerintah punya tanggung jawab besar untuk memastikan hal itu, karena energi termasuk kebutuhan pokok rakyat. Kalau BBM susah didapat, otomatis aktivitas masyarakat juga ikut terganggu.

Dalam pandangan ekonomi, subsidi BBM seperti Pertalite itu sebenarnya bentuk bantuan pemerintah supaya masyarakat kecil tetap bisa hidup layak. Jadi kalau Pertalite langka, efeknya bukan Cuma ke bahan bakar, tapi bisa ngaruh ke harga barang, transportasi, dan kehidupan sehari-hari. Negara seharusnya hadir buat menjaga keseimbangan ini.

Belakangan ini, banyak orang ngeluh karena susah banget cari Pertalite. Di beberapa SPBU, antrean kendaraan sampai mengular panjang. Ada juga yang akhirnya beli di pinggir jalan dengan harga lebih mahal. Kondisi kayak gini jelas bikin masyarakat resah, apalagi bagi mereka yang penghasilannya pas-pasan dan tiap hari butuh bensin buat kerja.

Bayangin aja, tukang ojek online, pedagang keliling, dan petani yang pakai motor harus keluar biaya lebih banyak karena Pertalite susah didapat. Waktu mereka juga banyak kebuang Cuma buat antre. Pendapatan menurun, tapi pengeluaran malah nambah. Kalau udah begini, harga-harga barang di pasar bisa ikut naik karena ongkos kirim makin mahal. Masyarakat kecil yang paling kena dampaknya.

Masalahnya, masyarakat juga bingung karena gak ada penjelasan yang jelas dari pemerintah. Banyak yang bilang mungkin karena kuota BBM dikurangin, ada yang bilang karena mau diganti jenis baru, atau karena pengiriman dari Pertamina terlambat. Tapi tanpa informasi yang pasti, masyarakat jadi makin khawatir dan gak percaya lagi sama kebijakan pemerintah. Rasa cemas dan curiga pun makin besar.

Menurut saya, hal pertama yang perlu dilakukan pemerintah adalah terbuka ke masyarakat. Jelaskan secara jujur kenapa Pertalite bisa langka. Jangan sampai rakyat dibiarkan menebak-nebak. Kalau memang ada masalah kuota atau distribusi, sampaikan secara jelas dan sediakan langkah sementara biar masyarakat gak terlalu susah. Selain itu, pengawasan di SPBU harus diperketat. Kadang ada oknum yang nyalahgunain BBM subsidi buat dijual lagi. Kalau ini gak ditindak, yang rugi ya rakyat biasa. Pemerintah juga bisa manfaatin teknologi, kayak aplikasi MyPertamina, tapi pastikan sistemnya gak ribet dan bisa dipakai semua kalangan — terutama orang di daerah yang sinyalnya susah atau belum terbiasa pakai aplikasi.

Untuk jangka panjang, pemerintah memang perlu mikirin energi alternatif yang lebih ramah lingkungan. Tapi jangan langsung disuruh beralih kalau kondisi masyarakat belum siap. Transisi energi harus pelan-pelan dan tetap mikirin rakyat kecil yang masih tergantung sama BBM bersubsidi. Kalau pemerintah ingin mengajak masyarakat beralih ke energi baru, maka perlu ada edukasi dan fasilitas pendukung yang memadai. Jangan sampai masyarakat kecil jadi korban dari kebijakan yang belum matang.

Sebagai masyarakat, saya pribadi merasa kecewa dengan situasi ini. Seharusnya negara hadir buat menenangkan, bukan malah bikin rakyat bingung. Kelangkaan Pertalite ini bukan Cuma soal bensin, tapi soal kepercayaan. Kalau pemerintah bisa cepat tanggap dan terbuka, masyarakat pasti juga bisa lebih tenang dan ikut kerja sama menjaga agar bahan bakar tetap digunakan dengan bijak.

Pada akhirnya, kelangkaan Pertalite bukan hanya persoalan teknis, tapi juga cermin dari bagaimana negara mengelola kebutuhan dasar rakyatnya. Pemerintah perlu membangun sistem energi yang adil dan berkelanjutan agar masyarakat tidak lagi was-was setiap kali isu BBM muncul. Saya berharap ke depan, kita semua bisa belajar dari masalah ini dan menjadi masyarakat yang lebih sadar akan pentingnya penggunaan energi secara bijak. Karena pada dasarnya, rakyat hanya ingin hidup tenang tanpa harus cemas setiap kali ingin mengisi bahan bakar untuk menjalani aktivitas sehari-hari.

 

Sistem Informasi

Berita Terbaru

  • Thumb
    Keresahan Masyarakat Karena Kelangkaan Pertalite
    11 November 2025
  • Thumb
    Keresahan Atas Kemacetan di Pasar Baru dan Harapan Penataannya
    11 November 2025
  • Thumb
    Kepemimpinan Yang Egois Dalam Organisasi
    11 November 2025
  • Thumb
    Opini Keresahan Tentang Orang Yang Merokok Sembarangan
    11 November 2025
  • Thumb
    2025 Udah Nggak Zaman Body Shaming
    11 November 2025

Agenda Terbaru

Kategori Berita

  • Kampus
  • Dikti
  • Jurnal
  • Kegiatan Prodi KPI
  • Askopis
  • Mahasiswa

© 2021 KPI STAIN MADINA