Dosen KPI STAIN Madina, Ahmad Salman Farid, Jadi Narasumber Invited Lecture di UIN Mahmud Yunus Batusangkar
- Kategori : Kegiatan Prodi KPI
- Dibaca : 501 Kali
Batusangkar, 8 Oktober 2025 — Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) UIN Mahmud Yunus Batusangkar menggelar kuliah umum bertajuk “Jurnalisme di Era Digital: Adaptasi, Etika, dan Reposisi Profesi di Tengah Krisis Kepercayaan”. Acara ini berlangsung di Aula Teater lantai 4 Gedung GKT Kampus II UINMY, mulai pukul 09.30 WIB. Kuliah umum tersebut menghadirkan narasumber muda inspiratif, Ahmad Salman Farid, yang dikenal sebagai praktisi dan akademisi di bidang komunikasi dan jurnalisme Islam.
Kegiatan ini diikuti oleh 50 peserta, terdiri dari mahasiswa Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) serta Jurnalistik Islam. Kuliah umum ini menjadi ruang akademik yang mempertemukan gagasan antara teori dan praktik jurnalistik, terutama di tengah dinamika perubahan media digital yang kian cepat dan kompleks. Antusiasme peserta terlihat sejak awal acara, dengan kehadiran penuh di ruang teater yang berkapasitas terbatas namun hangat dengan suasana intelektual.
Dalam sambutan pembuka, Ketua Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam, Riki Rikarno, M.Sn., menyampaikan apresiasi kepada seluruh panitia dan peserta atas terselenggaranya kegiatan tersebut. “Acara seperti ini menjadi penting karena jurnalisme hari ini sedang menghadapi ujian besar yaitu bagaimana menjaga kepercayaan publik di tengah derasnya arus informasi digital. Mahasiswa KPI dan Jurnalistik Islam harus menjadi insan yang bukan hanya cakap menulis, tapi juga beretika dan berjiwa dakwah,” ujar Riki. Ia menambahkan bahwa kegiatan ini diharapkan dapat menanamkan semangat profesionalisme dan moralitas dalam praktik komunikasi Islam.
Dalam paparannya, Ahmad Salman Farid mengulas perubahan besar dalam dunia jurnalisme akibat revolusi digital. Menurutnya, digitalisasi media membawa dua sisi mata uang yakni kemudahan akses dan kecepatan di satu sisi, namun juga banjir informasi yang menimbulkan disinformasi di sisi lain. “Tantangan utama jurnalis hari ini bukan sekadar menulis berita cepat, tetapi menjaga keakuratan, etika, dan kepercayaan publik. Tanpa itu semua, jurnalisme kehilangan rohnya,” tegasnya.
Salman juga menyoroti fenomena krisis kepercayaan publik terhadap media massa. Ia menyebut bahwa munculnya berita palsu, framing berlebihan, dan tekanan komersial telah membuat masyarakat semakin skeptis terhadap media. “Ketika publik tak lagi percaya pada berita, maka jurnalisme sedang kehilangan maknanya. Di sinilah peran jurnalis Muslim, bukan hanya sebagai penyampai fakta, tetapi juga penjaga nurani informasi,” paparnya.
Selain membahas persoalan etika, Salman mengajak mahasiswa untuk memahami pentingnya adaptasi teknologi dalam dunia jurnalisme. Ia menekankan bahwa kemampuan menggunakan AI, data journalism, dan platform digital adalah kebutuhan mutlak bagi jurnalis masa depan. Namun, adaptasi itu harus dibarengi dengan nilai-nilai spiritualitas dan tanggung jawab sosial. “Teknologi hanyalah alat. Yang membuatnya bermakna adalah siapa yang menggunakannya, dan untuk tujuan apa,” katanya, disambut tepuk tangan para peserta.
Sesi tanya jawab menjadi bagian paling dinamis dalam acara ini. Mahasiswa mengajukan berbagai pertanyaan seputar praktik jurnalisme digital, strategi menghadapi hoaks, hingga cara membangun kepercayaan audiens di media sosial. Beberapa peserta juga berbagi pandangan tentang pentingnya menghadirkan nilai-nilai Islam dalam konten jurnalistik sebagai upaya melawan arus disinformasi global. Diskusi berlangsung hangat dan interaktif, memperlihatkan semangat kritis mahasiswa dalam membaca realitas media.
Menutup kegiatan, Riki Rikarno kembali menyampaikan apresiasi kepada narasumber dan mahasiswa yang telah berpartisipasi aktif. Ia berharap agar ilmu dan inspirasi yang diperoleh tidak berhenti di ruang teater, tetapi terus dikembangkan dalam karya nyata. “Kita ingin mahasiswa KPI dan Jurnalistik Islam menjadi jurnalis yang tidak hanya pandai menulis berita, tapi juga menulis kebenaran dengan nurani. Inilah wujud komunikasi Islam yang sejati,” pungkasnya.
Kuliah umum ini menjadi bukti nyata komitmen Program Studi KPI UIN Mahmud Yunus Batusangkar dalam membekali mahasiswanya dengan wawasan dan keterampilan terkini di bidang media. Di tengah krisis kepercayaan publik terhadap media, kegiatan seperti ini menjadi ruang penting untuk meneguhkan kembali idealisme jurnalisme yang humanis, etis, dan berpihak pada kebenaran.