Reorientasi Kurikulum KPI ke Dakwah, Prof. Hatta: Perubahan Orientasi Tidaklah Mudah
- Kategori : Askopis
- Dibaca : 204 Kali
Medan, 22 Januari 2025 - Dalam sebuah webinar bertajuk “Refleksi Historis: Sejarah dan Perkembangan Fakultas Dakwah di Indonesia”, para akademisi dan guru besar ilmu dakwah berkumpul untuk membahas masa depan kurikulum Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) di bawah naungan Fakultas Dakwah. Diskusi yang berlangsung intens ini menyoroti pentingnya reorientasi kurikulum KPI agar lebih selaras dengan misi dakwah Islam melalui zoom Meeting.
Salah satu pembicara utama, Prof. Dr. H. Mohammad Hatta, MA, mengungkapkan tantangan besar dalam mengubah orientasi kurikulum KPI yang saat ini cenderung dianggap lebih ringan dibandingkan disiplin ilmu lainnya. “Mahasiswa KPI harus memahami Islam secara mendalam dan berorientasi pada dakwah. Mengubah orientasi ini tidaklah mudah karena ada banyak mahasiswa yang memilih KPI hanya karena menganggap mata kuliahnya mudah,” jelasnya.
Lebih lanjut, Prof. Hatta mendorong pimpinan fakultas untuk menyerahkan pengelolaan kebijakan akademik kepada para ahli yang memiliki pemahaman mendalam tentang Islam dan orientasi dakwah. “Pimpinan fakultas harus kembalikan kepada ahlinya, mereka yang benar-benar memahami Islam dengan baik dan dapat membangun orientasi dakwah yang kuat di dalam kurikulum KPI,” tambahnya.
Prof. Dr. Awaludin Pimay, Lc., MA, pembicara lainnya, menekankan pentingnya matrikulasi dakwah bagi mahasiswa KPI. Menurutnya, pemahaman tentang 13 rumpun keilmuan dakwah adalah hal esensial yang harus dimiliki setiap mahasiswa. “Kalau sudah masuk kamar KPI, berarti harus mengikuti matrikulasi dakwah. Kita tidak hanya bangga karena jumlah mahasiswa kita banyak, tetapi harus memikirkan hasilnya. Bagaimana pertanggungjawaban kita di akhirat jika meluluskan mahasiswa yang tidak memahami dakwah?” tegasnya.
Prof. Awaludin juga mengingatkan bahwa fakultas dakwah tidak hanya berfungsi sebagai institusi pendidikan, tetapi juga sebagai penjaga nilai-nilai Islam yang harus ditanamkan kepada mahasiswa. Oleh karena itu, seleksi masuk dan pembinaan selama masa studi harus diperketat agar lulusan KPI benar-benar mampu mengemban tugas dakwah dengan baik.
Sebagai moderator, Prof. Zainal Arifin memberikan pandangannya tentang pentingnya menjaga identitas Fakultas Dakwah di tengah dinamika perubahan zaman. “Fakultas Dakwah memiliki peran strategis dalam menanamkan nilai-nilai Islam kepada generasi muda. Reorientasi kurikulum KPI ini harus dilakukan dengan hati-hati dan melibatkan berbagai pihak agar identitas fakultas tetap terjaga,” ungkapnya.
Ia juga menambahkan bahwa fakultas harus memiliki visi jangka panjang dalam membangun kompetensi mahasiswa, sehingga mereka tidak hanya memahami teori komunikasi, tetapi juga mampu menyampaikan pesan dakwah secara efektif di masyarakat.
Dalam sambutannya, Ketua Dewan Pengurus Pusat Asosiasi Komunikasi dan Penyiaran Islam (DPP ASKOPIS), Dr. Mohammad Zamroni, M.Si., menyoroti pentingnya inovasi dalam pembelajaran KPI di era digital. “Dakwah hari ini tidak bisa dilepaskan dari teknologi. Kurikulum KPI harus mampu menjawab tantangan zaman, termasuk memanfaatkan media digital untuk menyampaikan pesan Islam secara global,” ujarnya.
Dr. Zamroni juga menyampaikan harapannya agar reorientasi kurikulum ini tidak hanya memperkuat aspek keilmuan, tetapi juga membangun karakter mahasiswa yang berjiwa dakwah. “Kita butuh generasi yang tidak hanya pintar, tetapi juga memiliki akhlak mulia dan semangat dakwah yang tinggi,” tambahnya.
Ketua Dewan Pengurus Daerah ASKOPIS Sumatera Utara, Dr. Mailin, MA., turut memberikan sambutan yang mengapresiasi upaya reorientasi ini. “Saya sangat mendukung langkah ini. Fakultas Dakwah harus menjadi pusat pengembangan keilmuan Islam yang berorientasi pada dakwah. Dengan demikian, mahasiswa KPI tidak hanya belajar komunikasi, tetapi juga bagaimana menyampaikan ajaran Islam dengan baik dan benar,” katanya.
Dr. Mailin juga menegaskan bahwa kerjasama antara fakultas, organisasi profesi, dan masyarakat sangat penting untuk mendukung keberhasilan implementasi kurikulum baru. “Sinergi adalah kunci agar visi ini dapat terwujud dan memberikan dampak nyata bagi masyarakat,” pungkasnya.
Webinar ini menjadi momentum penting bagi Fakultas Dakwah untuk mengevaluasi dan memperkuat arah kebijakannya. Reorientasi kurikulum KPI ke dakwah bukan hanya tantangan, tetapi juga peluang besar untuk mencetak generasi baru yang mampu mengemban amanah dakwah di tengah kompleksitas zaman. Dengan dukungan berbagai pihak, perubahan ini diharapkan dapat membawa Fakultas Dakwah semakin dekat dengan visi dan misinya sebagai penjaga nilai-nilai Islam.